Mengenal Penyakit Tubercolosis (TBC) dan Pengobatanya
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paru-paru. Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram positif. Kuman ini sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. panjang 1-4 mikron dan lebar berkisar 0,3-0,6 mikron
kuman ini akan tumbuh optimal pada ph optimal 6,6-7 dan untuk membelah diri dari satu sampai dua (generation time diperlukan waktu 14-20 jam
Lokasi yang memungkinkan untuk penyebaran infeksi TB :
- infeksi Primer: Paru (TB Paru)
- Penyebaran hematogenik: Otak, tulang, organ sistemik
- Penyebaran limfatik: leher, peri-bronkial
- Infeksi para-vertebrae
Gejala dan tanda khas Tuberkulosis: badan lemas, batuk berdahak lebih dari 2 minggu, berkeringat di malam hari, demam lebih dari 1 bulan, nyeri dada dan berat badan turun. Seseorang dinyatakan menderita Tuberkulosis Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya 2 dari 3 spesimen SPS BTA hasilnya positif. Apabila hanya 1 spesimen yang positif maka perlu dilanjutkan dengan rontgen dada atau pemeriksaan SPS diulang.
Penularan
Pengobatan
Pasien penderita Tuberkulosis wajib menjalani proses pengobatan yang dianjurkan tenaga kesehatan untuk meminimalisir penularan bakteri. Obat TB dapat diperoleh di Puskesmas secara gratis.
pengobatan tubercolosisdilakukan dengan perinsip:
- obat harus diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai kategori pengobatan
- untuk menjamin kepatuahan pasien dalam meminum obat.pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung atau DOT (Directly Observed Treatment) oleh Pengawas Penelan Obat (PMO)
- Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan. Tahap intensif (awal) pasien mendapat 3 atau 4 obat sekaligus setiap hari selama 2 bulan sedangkan tahap lanjutan pasien mendapat obat lebih sedikit yaitu 2 macam saja dalam waktu 4 bulan. oabat dapat diberikan beberapa kali dala seminggu. tahap lanjutan ini penting untuk mencegah kekambuhan.
REGIMEN PENGOBATAN TUBERCOLOSIS DI PUSKESMAS
1. KATEGORI 1
Penderita baru TB Paru BTA Positif.
Penderita baru TB Paru BTA negatif Röntgen Positif yang “sakit berat”
Penderita TB Ekstra Paru berat
pengobatan 2HRZE/4H3R3
pasien yang termasuk kategori 1 ini dalam 2 bulan pertama mendapat tablet berisi 4 fdc (rifampicin, INH, Pirazinamid dan etambutol) setiap hari dan lalu dilanjutkan 4 bulan dengan tablet berisi 2fdc (rifampicin dan INH) 3 kali seminggu. Dosis menyesuaikan berat badan pasien
pasien yang termasuk kategori 1 ini dalam 2 bulan pertama mendapat tablet berisi 4 fdc (rifampicin, INH, Pirazinamid dan etambutol) setiap hari dan lalu dilanjutkan 4 bulan dengan tablet berisi 2fdc (rifampicin dan INH) 3 kali seminggu. Dosis menyesuaikan berat badan pasien
2. KATEGORI 2
Penderita kambuh (relaps)
Penderita gagal (failure) , tidak sembuh diobati dengan kategori 1
Pasien Putus pengobatan kategori 1
Pasien Putus pengobatan kategori 1
Pengobatan 2HRZES/HRZE/
5H3R3E3
Pasien yang termasuk kategori 2 ini dalam 2 bulan pertama mendapat tablet 4FDC berisi Rifampicin, INH, pirazinamid dan etambutol setiap hari disertai sutikan streptomisin, lalu dilanjutkan dengan minum tablet 4 FDC berisi Rifampicin, INH, pirazinamid dan etambutol setiap hari selama 1 bulan
dilanjutan 5 bulan lagi dengan tablet 2fdc (rifampicin dan INH) dan etambutol 3 kali seminggu. Dosis menyesuaikan berat badan pasien.
Keberhasilan pengobatan TB sangat ditentukan oleh kepatuhan pasien minum obat sesuai aturan. tepat waktu minum obat, tepat dosis dan waspada efek samping. Untuk itu peran pengawas minum obat sangat penting untuk mengingatkan, memberi motivasi dan menyiapkan obat agar pasien terhindar dari putus minum obat. Selain itu pola hidup bersih dan makan makanan yang bergizi dapat mendukung proses pengobatan.
dilanjutan 5 bulan lagi dengan tablet 2fdc (rifampicin dan INH) dan etambutol 3 kali seminggu. Dosis menyesuaikan berat badan pasien.
Keberhasilan pengobatan TB sangat ditentukan oleh kepatuhan pasien minum obat sesuai aturan. tepat waktu minum obat, tepat dosis dan waspada efek samping. Untuk itu peran pengawas minum obat sangat penting untuk mengingatkan, memberi motivasi dan menyiapkan obat agar pasien terhindar dari putus minum obat. Selain itu pola hidup bersih dan makan makanan yang bergizi dapat mendukung proses pengobatan.
Komentar
Posting Komentar